• Flores Collins posted an update 3 years, 10 months ago

    Fenomena properti di Tanah Air seperti tidak ada habisnya, bisnis yang menjanjikan ini semakin lama, kian banyak peminatnya. Dikarenakan skor tanah yang kian meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Kemudian permintaan akan daerah tinggal malahan mengalami kenaikan, tak heran pelaku – pelaku bisnis mulai banyak melirik sektor properti sebagian bisnis yang stabil dan menguntungkan. Dikatakan stabil sebab nilainya tidak berubah mengalami penurunan walaupun skor mata uang yang kerap kali kali fluktuatif, sehingga keterjaminan bisnis yang stabil membuat properti menjadi alternatif bagi pemberi modal baik dalam negeri ataupun dari luar negeri.

    Tetapi, ada beberapa fakta menarik berkaitan bisnis properti ini, dimana pertumbuhan yang kadang-kadang pesat tetapi juga di waktu yang lain mengalami kelambatan, tetapi bukan penurunan. Dan tulisan ini akan membahas fase pertumbuhan bisnis properti di Tanah Air yang mengalami percepatan dan kelambatan perkembangan yang merujuk pada kestabilan ekonomi dan rencana pemerintah.

    Fase awal dari pertumbuhan properti dimulai pada tahun 2011 sampai 2013 yang mana dapat dikatakan sebagai tahun emas pertumbuhan properti. Properti tumbuh subur dan memberikan imbas keuntungan yang baik bagi pemodal yang bermain di dalamnya. Pertumbuhan properti bisa dilihat di beberapa kawasan baik itu tempat perkotaan ataupun pedesaan. Hal ini dikarenakan pendapatan per kapita Indonesia pada ketika itu kapabel menembus angka 3000 USD per tahun, sehingga secara tak lantas sektor ekonomi bahkan mengalami pertumbuhan yang cukup baik, ialah sekitar 6.8%, dengan bertumbuhnya ekonomi, karenanya energi beli masyarakat pun mengalami kenaikan, tak terkecuali di bidang properti yang menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat kita. Di sisi lain, poin rupiah masih cukup kuat di pasaran, sehingga dengan skor yang stabil, para pelaku bisnis dapat berbisnis dengan bagus.

    Pada fase berikutnya, yakni antara 2014 hingga 2016, sektor properti cenderung sedikit lesu.
    Onlist hal yang demikian disebabkan kebijakan pemerintah yang sedikit memberatkan masyarakat saat itu, yakni pemberian uang muka minimal 30 persen dari harga rumah, sehingga masyarakat cukup kesusahan memperoleh dana konsisten untuk membiayai down payment dari rumah tersebut. Imbasnya pelaku usaha bisnis properti ini cukup kesulitan mendapatkan pembeli yang membutuhkan rumah dengan harga yang terjangkau. Ditambah dengan melemahnya poin tukar rupiah kepada dollar yang mengakibatkan rupiah mencapai angka 14.000 per $ 1 mata uang Amerika Serikat.

    Fase ketiga yakni 2017 – 2018, pertumbuhan industri properti mengalami kebangkitan, sejumlah aspek yang turut berperan yakni karena banyak pembangunan infrastruktur di berjenis-jenis kawasan di Tanah Air, sehingga banyak orang mulai mencari hunian yang pantas dengan keinginan, dimana masyarakat memanfaatkan media online ialah situs untuk mencari rumah, seperti yang ditawarkan dalam web onlist yang menyediakan rumah berdasarkan biaya dan lokasi, sehingga mempermudah calon pembeli dalam menjalankan pencarian. Dengan meningkatnya energi beli makan tak mengherankan bisnis ini kembali tumbuh dengan bagus dan mempunyai prospek yang lebih baik di masa depannya. tulisan mengenai pertumbuhan properti di Indonesia, semoga bisa bermanfaat.

Skip to toolbar